Tentang Aku dan Buku yang Belum Selesai Ku Baca

07.36 Add Comment
Ini adalah tentang buku yang belum selesai ku baca. Sebenarnya aku tak ingin membaca sesuatu yang tidak dapat ku baca seluruhnya, tapi nampaknya aku tidak akan dapat membacanya kembali untuk waktu yang lama. Sebab, aku pun masih menggantungkan sebuah cerita hidupku yang penuh tanda tanya. Aku tengah terduduk dengan tulang ekor membungkuk sambil menengadah ke arah langit yang tak kunjung cerah. Langit yang selalu mengancam untuk membasahi jiwa-jiwa yang kering kerontang karena kurang bahagia. Hanya terdapat aku dan penyesalan mendalam karena aku belum dapat membaca buku itu seluruhnya. Tapi, aku mencoba bahagia, meskipun hanya dengan menyentuh kuncup putri malu yang terangsang oleh sentuhanku, sebagian dari hidupku terasa begitu istimewa. Letak istimewanya, aku berhasil membuatnya tersipu malu dan bahkan aku merasa sentuhanku lebih lembut dari sentuhan angin yang selalu meniupnya diam-diam. 

Oh Iya, saat ini aku tak sendiri lagi, sebab ada kopi yang menemani kelabuku. Ini akan menjadi kenangan yang menarik di masa yang akan datang, saat pertemuanku dengan kopi beberapa saat yang lalu. Dia memang nampak cuek dan diam, tapi ia menunjukkan kehangatannya... Bukan... bukan... Tentu saja aku tidak ingin memeluknya. Hahaha aku hanya ingin sekedar berteman saja dengannya. Seperti halnya tulisan ini yang belum akan selesai sampai saat kematianku nanti, sampai semua berduka cita atas tanda baca titik terakhir yang ku sematkan, kalian akan terus membaca tulisan-tulisan yang tak berujung dariku. Sama seperti awal ceritaku di atas, kalian akan membaca cerita yang tak akan dapat kalian baca dalam satu waktu. Dududu... Tampaknya aku jatuh cinta dengan kopi, meskipun ku tahu kenyataan ia selingkuh dengan susu. Selamat malam khalayak apa pun :)

Antara Jiwa dan Kenangan

06.57 Add Comment
Apakah anda tahu, bagian terkejam dari kehidupan adalah dikoyak oleh kenangan. Tak peduli kau itu siapa, apa tujuan hidupmu, bagaimana bentuknya kamu, kehidupan ini mengenal adanya kenangan. Sesuatu yang kehadirannya dirindukan, selalu menimbulkan rasa penyesalan sampai saat ini, lalu bagaimanakah cara agar kita bisa berdamai terhadap kenangan? Sebelum menjawab hal ini mari kita pahami dulu kemisteriusan perihal "kenangan". Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadiran-Nya sehingga kita dapat membaca tulisan ini yang sebenarnya adalah tulisan seorang yang sedang mencoba memahami apa itu kenangan. Setelah saya melakukan riset pribadi dengan narasumber inti adalah hati dan gejolak jiwa saya, saya meneliti adanya dua macam kenangan yang paling menyayat dan merobek hati jika kenangan itu muncul kembali versi penulis diantaranya:


1. Wajah (Face)- Kenangan tentang wajah seseorang. Ya, kenangan jenis ini biasanya memberikan guncangan jiwa cukup dalam. Bila dilihat dari bagaimana kenangan ini timbul, ada beberapa sebab (1) Muncul karena anda masih menyimpan foto-foto orang yang pernah mengisi hidup anda (2) Karena seseorang temanmu [tidak sengaja] menyebut nama orang yang pernah anda sayangi (3) Karena anda bermimpi tentangnya, maka terngiang kembali wajahnya yang pernah memberimu bahagia. Ketiga hal tersebut memicu hati anda terbawa perasaan [baper] dan dalam beberapa hari hati anda akan senantiasa merasa nyaman + rindu akan kehadiran sosoknya. Kenangan jenis ini tingkat berbahayanya diprediksi hanya menguras 30% dari kemampuan hati sebagai indra perasa. secara garis besarnya kenangan ini biasanya muncul karena adanya pemicu [X Factor] yang ikut andil.

2. Tempat (Place)- Ini adalah jenis kenangan yang paling berbahaya bagi kestabilan jiwa anda. Kenangan ini muncul setelah lama [pada suatu masa] anda merasakan manisnya suasana yang dihadirkan seseorang dalam hidup anda. Bahayanya adalah, ketika anda pernah mengalami manisnya bahagia yang diciptakan olehnya di suatu tempat, secara otomatis anda akan mengalami kondisi di mana anda akan tersenyum tanpa sadar saat anda mengunjungi tempat-tempat itu. Terbayang bukan bagaimana jika hampir disetiap sudut tempat itu tersembunyi kenangan yang melambai-lambai menggerogoti akal sehat? Begitu pun sebaliknya, anda akan merasakan sakit hati tiada tara ketika anda menyadari manisnya sesuatu yang sekarang hanya menjadi fatamorgana untuk selama-lamanya. Kenangan ini berdiri sendiri, ditimbulkan oleh gejolak dirinya sendiri terhadap ingatan akan suatu tempat, tidak ada pemicu yang dominan pada kenangan ini. Kenangan jenis ini 70% secara dasar dan sadarnya akan menguras perasaan anda, meremas-remas hati anda hingga kenormalan anda jauh di bawah standar normal manusia.


Dari kedua hasil riset saya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dasar bahwasanya terdapat korelasi antara kedua jenis kenangan tersebut yang mana intensitas "Terbawa perasaannya" lebih pada jenis kenangan tempat. Selain lebih mengena dan menggoncangkan jiwa, kenangan akan suatu tempat ditimbulkan oleh dirinya sendiri yang ketika berada di suatu tempat yang pernah memiliki arti tersendiri kembali ia kunjungi entah dalam keadaan sengaja/tidak sengaja. Demikian intisari yang dapat kita cermati bersama-sama. Berdamai bukan menyoal tentang bagaimana kenangan itu muncul untuk kita senyumi, berdamai berarti kita bisa ikhlas untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Tentunya, kita sisihkan sebagian dari hati kita untuk menyimpan apa yang harus disimpan. Dan, kenangan... adalah sesuatu yang pernah kita perjuangkan :)





Yogyakarta, 10 November 2015




Ade Putra Sejati




Siapa Kau Kini?

15.59 Add Comment
Aku bernyanyi ketika rembulan meredup
ketika bahagia diambang ketidakbahagiaan
ketika jalan hidup perlahan tak lagi jalan
ketika ketidakpastian mereka-reka kejelasannya sendiri

mungkin waktu hanya tak bisa diam
berdetak kagum oleh kesunyian
kamu dimana?
kamu dimana?
ku bingung siapa kau kini
aku tak lagi mengenalimu
daun kering pun terbakar
dan arangnya terbawa angin entah kemana..

Imajinasi Tentang Malam

15.58 Add Comment
Ketika lampu-lampu di sudut kota padam
Aku terlamun dalam imaji tak bertuan
Betapa gulitanya kota ini tanpa cahaya
Yang terlihat hanya eksotisme orang-orang malam

Lagi... kurapatkan kedua bola mataku
Sedang dimana aku? seperti sedang melayang-layang
begitu ringan seolah tubuhku
Oh Tuhan, inikah yang dinamakan kematian?

Kaum Jangkrik

15.57 Add Comment
mungkin aku seperti jangkrik
sekencang aku berteriak tiada yang peduli
semua hanya menganggapku pelengkap suasana malam


akulah jangkrik
aku yang hanya akan berada di balik sebuah nama
bersembunyi dalam tempurung berlapis bangkai berselimut sunyi


akulah jangkrik
di tengah gelap malam aku selalu berpidato pada Tuhan
Tuhan, mengapa tiada orang menganggap kaumku ada??

Malam Yang Tak Paham

15.56 Add Comment
Hanya malam dapat berbisik sepi
dalam kesendirian yang teramat mencekam sanubari
dalam pertanyaan bathin yang mengalun merdu
dapatkah suara membangunkanku?

aku bertanya dan bertanya
bertanya dan terus bertanya
bertanya dan berharap akan ada suara
suara yang akan membangunkanku..
suara keramaian sahabat-sahabatku
namun ternyata aku hanya bagaikan
si cebol sedang menggayuh lintang
si kecil yang mempunyai harap besar
atau juga si tolol yang sedang menunggu menjadi batu
apa pun itu, semua karena perbedaan..

masih tentang malam
dia tak pernah mengajariku keramaian
dia tak tau menahu apa yang ku rasakan
dan.. dia masih saja
membuatku melihat dunia seperti dalam teropong angan.

sungguh, apakah kau malam yang berkhianat dalam sendunya?
ataukah kau malam yang tak pernah paham keinginanku?
"APA KAU PAHAM TENTANGKU?"
jawab malam kepadaku..

Kepada Hidup

15.53 Add Comment
Siang aku berdiri

menatap hidup yang mengharuskanku berdikari

melawan debu terhempas polusi


aku ingin makan hari ini !!



hai kau matahari lentera keras hidup!

kau bakar aku dalam bara semangatmu!

aku tau kau takkan peduli terhadapku

bahkan ketika kulitku mulai menghitam..

ketahuilah aku takkan menghindar!



lalu, kalian jiwa-jiwa yang sombong!

aku tak berharap belas kasih tanpa perjuangan

aku hidup untuk menantang hidup

hingga ku terjatuh kemudian mati!



dan untuk jiwa-jiwa pemilikku!

aku tak butuh tanggungjawab palsu

mengatasnamakan janji pada perutku yang semakin melapar

kalian hanya sekumpulan bangsat!

dan sesungguhnya...

aku lebih rela mati kelaparan daripada memakan makanan kalian!